Integritas Pendidikan Entrepreneurship Dalam Islam
Keberhasilan seorang entrepreneur dalam Islam bersifat
independen. Artinya keunggulannya berpusat pada integritas pribadinya,
bukan dari luar dirinya. Hal ini selain menimbulkan kehandalan
menghadapi tantangan, juga merupakan garansi tidak terjebak dalam
praktek–praktek negatif dan bertentangan dengan peraturan, baik
peraturan agama maupun peraturan teknis negara tentang usaha. Integritas
entrepreneur muslim tersebut terlihat dalam sifat – sifatnya, antara lain:
- Taqwa, tawakal, zikir dan bersyukur.
Seorang
entrepreneur muslim memiliki keyakinan yang kukuh
terhadap kebenaran agamanya sebagai jalan keselamatan, dan bahwa dengan
agamanya ia akan menjadi unggul. Keyakinan ini membuatnya melakukan
usaha dan kerja sebagai dzikir dan bertawakal serta bersyukur pasca
usahanya.
- Motivasinya bersifat vertical dan horisontal.
Secara horizontal terlihat pada dorongannya untuk mengembangkan
potensi dirinya dan keinginannya untuk selalu mencari manfaat sebesar
mungkin bagi orang lain. Sementara secara vertical dimaksudkan untuk
mengabdikan diri kepada Allah SWT. Motivasi di sini berfungsi sebagai
pendorong, penentu arah dan penetapan skala prioritas.
Bagi seorang muslim, menjalankan usaha merupakan aktifitas ibadah sehingga ia harus dimulai dengan niat yang suci (
lillahi ta’ala),
cara yang benar, dan tujuan serta pemanfaatan hasil secara benar. Sebab
dengan itulah ia memperoleh garansi keberhasilan dari Tuhan.
Rasulullah mengajarkan kepada kita agar mulai bekerja sejak pagi
hari. Setelah sholat Subuh, kalau tidak terpaksa, sebaiknya jangan tidur
lagi. Bergeraklah untuk mencari rezeki dari Rab-mu. Para malaikat akan
turun dan membagi rezeki sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
- Selalu berusaha Meningkatkan llmu dan Ketrampilan
Ilmu pengetahuan dan ketrampilan, dua pilar bagi pelaksanaan suatu usaha. Oleh karenanya,
memenej usaha berdasarkan ilmu dan ketrampilan di atas landasan iman dan ketaqwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang
entrepreneur.
Kejujuran merupakan salah satu kata kunci dalam kesuksesan seorang
entrepreneur.
Sebab suatu usaha tidak akan bisa berkembang sendiri tanpa ada kaitan
dengan orang lain. Sementara kesuksesan dan kelanggengan hubungan dengan
orang lain atau pihak lain, sangat ditentukan oleh kejujuran keduabelah
pihak.
- Suka Menyambung Tali Silaturahmi
Seorang
entrepreneur haruslah sering melakukan silaturahmi
dengan mitra bisnis dan bahkan juga dengan konsumennya. Hal ini harus
merupakan bagian dari integritas seorang
entrepreneur muslim.
Sebab dalam perfektif Islam, silaturahmi selain meningkatkan ikatan
persaudaraan juga akan membuka peluang – peluang bisnis baru.
- Menunaikan Zakat, Infaq dan Sadaqah ( ZIS )
Menunaikan zakat, infaq dan sadaqah harus menjadi budaya
entrepreneur
muslim. Menurut Islam sudah jelas, harta yang digunakan untuk membayar
ZIS, tidak akan hilang, bahkan menjadi tabungan kita yang akan
dilpatgandakan oleh Allah, di dunia dan di akhirat kelak.
- Puasa, Sholat Sunat dan Sholat Malam
Hubungan antara bisnis dan keluarga ibarat dua sisi mata uang sehingga satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Sebagai seorang
entrepreneur,
disamping menjadi pemimpin di perusahaannnya dia juga menjadi pemimpin
di rumah tangganya. Membiasakan keluarga, istri, anak, untuk
melaksanakan puasa-puasa atau sholat-sholat sunat dan sholat malam harus
dilakukan seorang
entrepreneur muslim, karena dapat memberikan bekal rohani untuk menjalankan usahanya.
Sebagai
entrepreneur, mengasuh anak yatim merupakan
kewajiban. Mengasuh atau memelihara dalam arti memberikan kasih sayang
dan nafkah (makan, sandang, papan dan biaya pendidikan). Lebih baik lagi
bila juga kita berikan bekal (ilmu/agama/ketrampilan) sehingga mereka
akan mampu mandiri menjalani kehidupan di kemudian hari.
Sebagai konsekuensi pentingnya kegiatan
entrepreneurship, Islam menekankan pentingnya pembangunan dan penegakkan budaya
entrepreneurship dalam kehidupan setiap muslim. Budaya
entrepreneurship
muslim itu bersifat manusiawi dan religius, berbeda dengan budaya
profesi lainnya yang tidak menjadikan pertimbangan agama sebagai
landasan kerjanya. Dengan demikian pendidikan
entrepreneur
muslim akan memiliki sifat – sifat dasar yang mendorongnya untuk menjadi
pribadi yang kreatif dan handal dalam menjalankan usahanya atau
menjalankan aktivitas pada perusahaan tempatnya bekerja.
Jiwa
entrepreneur seseorang bukanlah merupakan faktor
keturunan, namun dapat dipelajari secara ilmiah dan ditumbuhkan bagi
siapapun juga. Pendidikan
entrepreneurship dapat dilakukan apabila pendidik sudah memiliki jiwa
entrepreneur yang tinggi. Yang penting dan yang utama dari pendidikan
entrepreneurship
adalah semangat untuk terus mencoba dan belajar dari pengalaman. “Gagal
itu biasa, berusaha terus itu yang luar biasa”, mungkin seperti itulah
gambaran yang harus dikembangkan oleh manusia-manusia Indonesia agar
tetap eksis dalam pertarungan bisnis yang semakin transparan dan
terbuka.
Referensi:
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Wijayakusuma.
Menggagas Bisnis Islami.
Ya’qub.
Kode Etik Dagang Menurut Islam.
sumber : https://profesionalbusiness.wordpress.com/paradigma-entrepreneur/entrepreneur-dalam-islam/
EmoticonEmoticon